Monday, August 3, 2009

SISTEM MEDIA MASSA SPANYOL

Spanyol adalah sebuah negara di Eropa barat daya yang dibatasi oleh Portugal di barat, serta Gibraltar dan Maroko di selatan. Spanyol berbatasan dengan Perancis dan Andorra di timur laut melalui Pegunungan Pyrenia. Batas lautnya adalah Samudra Atlantik di barat dan Teluk Biscay di utara serta Laut Tengah di timur, di mana Spanyol memiliki wilayah Kepulauan Balearik. Di selatan, terdapat Selat Gibraltar.

Di Spanyol terdapat berbagai macam etnis, diantaranya Gypsi, Basque, dan Katalonia. Selain itu, bangsa Spanyol juga memiliki lebih dari satu bahasa, tidak hanya bahasa Castilla yang merupakan bahasa resmi yaitu bahasa Spanyol. Pasal 3 konstitusi Spanyol menyatakan bahwa kekayaan ragam bahasa yang ada di Spanyol merupakan warisan budaya yang harus mendapatkan perhatian khusus. Untuk mencapai tujuan tersebut, pengajaran bahasa-bahasa setempat (vernacular languages) dilakukan di sekolah-sekolah umum: bahasa Euskera diajarkan di wilayah Basque; bahasa Katalan di daerah Katalonia dan Kepulauan Balearik, bahasa Galazia di daerah Galasia; serta bahasa Valensia di Valensia. Akan tetapi bahasa Romania yang digunakan oleh komunitas Gypsi tidak diajarkan dalam sistem pendidikan umum.

Negara yang beribukota Madrid ini adalah negara tata hukum sosial dan demokratis, berlaku sistem monarki parlementer. Pemerintah negara ini berbentuk monarki, dipimpin oleh Raja sebagai kepala Negara dan Perdana Menteri yang menjalankan kewenangan eksekutif sebagai presiden dalam pemerintahan. Tahta raja diwarisi oleh Juan Carlos Alfonso Victor Maria de Bourbon atau Raja Juan Carlos I dan generasi langsung dalam garis lurus. Sementata itu, Jose Luis Rodriguez Zapatero menjabat sebagai perdana menteri Spanyol sejak 17 April 2004.

Spanyol merupakan contoh negara yang memiliki tradisi memproteksi media domestik dan industri budaya nasional mereka, termasuk diantaranya media cetak dan media elektronik. Hal ini disebabkan karena kepemilikan media massa ada di tangan pihak swasta. Di Spanyol terdapat sekitar 101 surat kabar, 40 stasiun televisi dan 38 stasiun penyiaran radio, dan tidak sedikit dari media massa tersebut yang dikuasai oleh korporasi besar Amerika seperti Time Warner Holding, Disney’s Holding, dan CBS Holding. Mereka khawatir dengan adanya serbuan budaya dari Amerika Serikat.

Yang tampak pada awalnya, negara yang menjadi jawara Piala Dunia tahun 2008 ini menganut sistem media massa Libertarian karena kepemilikan media yang sangat besar oleh kalangan swasta. Selain itu, pemerintah juga memberikan kebebasan bagi seluruh warganya untuk menggunakan media massa. Hal ini terlihat dalam sebuah artikel yang berisi tentang pernyataan Menteri Perindustrian, Perdagangan dan Pariwisata Spanyol (Sebastian) bahwa, “Kami tidak menerapkan pembatasan atau peraturan yang mencegah penyebaran, atau menghambat penggunaan media massa, terutama internet, atau menetapkan batas-batas pada alat bebas arus informasi”.

Namun, setelah menilik lebih dalam tentang kehidupan yang ada, maka saya memutuskan untuk mengambil kesimpulan bahwa Sistem Media Massa yang digunakan oleh negara Spanyol adalah sistem pers Sosial Libertarian. Hal ini dikarenakan meskipun media massa yang ada di Spanyol berkembang dengan bebas, akan tetapi tetap ada kontrol (meskipun minimal) dari pemerintah untuk menghilangkan hambatan pada saluran komunikasi dan menjamin pelaksanaan semangat filosofi liberal dan hal ini dapat dilihat dari kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh segenap jajaran pemerintahan terkait kehidupan media massanya.

(Wahyu Dwi Septiningrum / 153070206 / B)

TEORI MEDIA MASSA PEMBANGUNAN

Teori Media Massa Pembangunan mulai muncul pasca Perang Dunia II di tahun 60-an. Negara-negara dunia ketiga menerapkan sistem ini untuk mengejar ketertinggalannya atas negara lain yang lebih maju. Teori yang digagas oleh PBB melalui UNESCO ini hadir ketika syarat untuk menerapkan 4 teori pers klasik dari Sibert dkk seperti tersedianya infrastruktur, khalayak/audience, materi/uang dan profesional/pekerja media ternyata sulit dipenuhi oleh negara-negara yang baru lepas dari penjajahan.

Beberapa prinsip dari sistem ini adalah:

  • Media seyogyanya menerima dan melaksanakan tugas-tugas positif pembangunan sesuai dengan kebijaksanaan nasional yang ditetapkan.
  • Kebebasan media perlu dibatasi sesuai dengan prioritas ekonomi dan kebutuhan masyarakat akan pembangunan.
  • Isi media perlu memprioritaskan isi berita dan informasinya kepada negara-negara berkembang lainnya yang memiliki kedekatan secara geografis, budaya atau politik.
  • Wartawan dan pekerja media lainnya mempunyai tanggung jawab dan kebebasan dalam menjalankan tugasnya, mengumpulkan dan menyebarkan informasi.
  • Demi kepentingan pembangunan, negara berhak untuk ikut campur, atau mengeluarkan pembatasan-pembatasan, dan pengoperasian media, melakukan penyensoran, memberikan subsidi, dan pengendalian secara langsung dapat dibenarkan.

Pada hakikatnya, konsep sistem media massa pembangunan ini mendukung demokratisasi. Namun pada kenyataannya, penerapan sistem ini justru cenderung mengarah pada sistem pers otoritarian. Hal ini disebabkan karena para pemimpin negara biasanya mengatasnamakan pembangunan untuk memperkuat legitimasinya. Memang, sebuah konsep yang pada awalnya tampak baik dan sempurna, tidak selalu dibarengi dengan praktek yang baik pula. 

(Wahyu Dwi Septiningrum / 153070206 / B)

Saturday, July 11, 2009

SISTEM MEDIA MASSA ( bagian 2 )

Sistem media massa yang akan saya jelaskan pada bagian kedua ini adalah sistem media massa Social Responsibility dan Soviet Komunis. Bisa dikatakan bahwa kedua teori ini adalah bentuk penyempurnaan yang lebih lanjut dari dua teori yang terdahulu yakni Authoritarianisme dan Libertarianisme.

3. Sistem Pers Tanggung Jawab Sosial

Nilai dasar dari sistem ini adalah adanya anggapan bahwa kebebasan individu dibatasi oleh kebebasan individu yang lain. Dengan kata lain, kepentingan individu dijamin sepanjang tidak merugikan kepentingan sosialnya. Begitu pula sebaliknya. Negara akan memperlakukan manusia dengan asumsi bahwa kehidupan individunya setara dengan kehidupan sosialnya.

Salah satu yang membedakan sistem pers yang dikembangkan di Amerika Serikat pada abad 20 ini dengan sistem pers yang lain adalah adanya etika profesi. Hal ini dilakukan agar terdapat kontrol atas kebebasan yang diusung oleh media massa, sehingga kebebasan tersebut tidak merujuk ke arah liberalisme yang berasumsi bahwa kebebasan individu berada di atas segalanya. Selain etika profesi, media juga dikontrol dengan pendapat masyarakat dan tindakan konsumen misalnya saja melalui telepon layanan konsumen dan sebagainya.

Kepemilikan media oleh pihak swasta menjadikannya bisa diakses oleh siapa saja atau setiap orang yang merasa punya suatu informasi untuk di sampaikan kepada masyarakat atau khalayak. Namun karena alasan itu pulalah, media harus memenuhi kewajiban sosial, jika mereka mengingkarinya atau tidak melaksanakannya maka masyarakat akan membuat media tersebut mematuhinya.

Prinsip utama dalam penerapan teori ini adalah:
  • Media seyogyanya menerima dan memenuhi kewajiban tertentu kepada masyarakat.
  • Kewajiban-kewajiban tersebut perlu dipenuhi dengan menetapkan standar profesionalisme yang menyangkut keinformasian, kebenaran, akurasi, objektivitas dan keseimbangan.
  • Media seharusnya dapat menghindarkan diri dari setiap upaya yang dapat menjurus kepada tindak kejahatan, kekerasan, merusak tatanan sosial atau menyakiti kelompok-kelompok minoritas.
  • Media secara keseluruhan hendaknya bersifat pluralistis dan merefleksikan kebhinekaan masyarakat, memberikan kesempatan yang sama untuk mengekspresikan berbagai sudut pandang serta memberikan jaminan hak jawab.
  • Wartawan dan kalangan profesional media lainnya bertanggung jawab terhadap masyarakat, pihak majikan serta pasar.


4. Sistem Pers Soviet Komunis

Konsep media massa yang seperti ini menjadikan politik sebagai dasar kegiatannya. Paham ini berpatokan pada pandangan bahwa kekuasaan rakyat berada dalam institusi sosial, dan dihimpun dalam tindakan sosial. Paham soviet ini juga berdasarkan pandangan bahwa pers bebas tidak memperdagangkan informasi, tetapi untuk mendidik massa dan mengorganisasikan mereka di bawah bimbingan tunggal partai untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.

Teori yang lahir di Soviet ini hanya bisa di akses oleh para anggota partai, sehingga media massa tidak diperkenankan mengkritik tujuan partai dan kebijaksanaan yang dibuatnya. Selain itu, tujuan utama dari sistem pers komunis ini adalah untuk membantu suksesnya dan berlangsungnya sistem sosialisme Soviet,khususnya kelangsungan kediktatoran partai yang berkuasa yakni partai komunis. Karenanya media dikontrol dengan pengawasan ketat, serta tindakan-tindakan politik pemerintah.

Sistem ini menganut beberapa prinsip sebagai berikut:
  • Media harus melayani kepentingan dari dan berada dalam kontrol kelas pekerja.
  • Kalangan swasta tidak dibenarkan memiliki media.
  • Media harus selalu melakukan fungsi positif bagi masyarakat dengan cara melakukan upaya sosialisasi norma-norma yang diinginkan, pendidikan, penerangan, motivasi, dan mobilisasi.
  • Masyarakat berhak melakukan sensor dan tindakan hukum lainnya dalam upaya mencegah, atau memberikan hukuman setelah terjadinya peristiwa publikasi yang bersifat anti sosial.
  • Wartawan adalah kalangan profesional yang bertanggung jawab yang memiliki tujuan dan cita-cita yang selaras dengan kepentingan utama masyarakat.


(Wahyu Dwi Septiningrum / 153070206 / B)

Monday, June 29, 2009

Plus Minus Sistem Pers Otoritarian dan Libertarian


Sudah terlihat dengan jelas bahwa sistem pers otoritarian dan sistem pers libertarian mempunyai perbedaan dari cara pandang dalam filsafat sosial. Perbedaan yang demikian ini pada akhirnya berimbas pada perbedaan cara bertindak dan berperilaku masyarakat yang menerapkan sistem tersebut. Bukan hanya berbeda, bisa dikatakan bahwa keduanya saling bertolak belakang.
Sistem pers otoritarian yang bertumpu pada paham absolutisme memandang manusia sebagai individu yang mempunyai kemampuan yang sangat terbatas, sehingga eksistensi manusia hanya akan tercapai bila menjadi anggota dari suatu komunitas atau kelompok, terutama negara. Di mana negara merupakan ekspresi tertinggi dari organisasi kelompok manusia.
Sementara itu, sistem pers libertarian lebih berpijak pada paham rasionalisme. Paham ini meletakkan manusia sebagai makhluk rasional yang mampu eksis secara individu. Sehingga paham ini menjunjung tinggi kebebasan individu.
Perbedaan lain juga nampak pada hubungan yang terjalin antara manusia dan negaranya. Paham absolutisme menempatkan negara dalam posisi penguasa dan individu sebagai pihak yang dikuasai. Atau dengan kata lain hubungan ini bersifat otoriter atau tirani. Di lain pihak, hubungan individu dengan negara yang tawarkan dalam paham rasionalisme bersifat egaliter atau setara.
Namun, terlepas dari perbedaan-perbedaan yang ada, masing-masing sistem ini mempunyai sisi positif dan sisi negatif. Di bawah ini merupakan sedikit hal yang dapat saya paparkan berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan yang ada pada sistem pers otoritarian dan sistem pers libertarian.


1. Sistem Pers Otoritarian

  • Kelebihan
Jika menilik kata “otoriter”, saya langsung terbayang pada kekuasaan dan aturan-aturan. Mungkin kesan pengekangan juga turut mengikuti kata tersebut. Akan tetapi, tidak selamanya authoritarianisme hanya memunculkan hal-hal negatif. Pada kenyataannya, entah disadari ataupun tidak ketika sistem media massa yang dianut di Indonesia adalah sistem otoritarian, bangsa ini justru lebih tenang dan damai.
Pemerintah yang kala itu dipimpin oleh presiden Soeharto memegang kendali yang sangat kuat atas apa yang dilakukan masyarakatnya, termasuk media massa. Semua pemberitaan yang ada harus dilakukan atas ijin atau lisensi dari pemerintah. Saat itu, masyarakat hanya mendapatkan informasi yang baik tentang keadaan negaranya. Segala keburukan yang ada dan kebobrokan yang terjadi dipemerintahan tidak pernah mendapatkan sorotan dari media. Kerusuhan yang terjadi di suatu tempat juga jarang mendapatkan expose dari pers. Namun hal inilah yang menjadikan bangsa ini tetap terlihat tenteram dan kerusuhan tidak menyebar luas kemana-mana. Karena masyarakat tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi pada bangsa dan negaranya. Yang diketahuinya hanyalah bahwa kehidupannya kala itu tenang dan sejahtera.

  • Kekurangan
Sangat jelas sekali terasa dalam sistem pers ini bahwa individu sangat dibatasi kebebasannya. Kemampuannya untuk berekspresi sangat dibatasi oleh aturan atau kebijakan-kebijakan pemerintah yang ada. Sehingga berita-berita yang dipublikasikan juga cenderung monoton.
Selain itu, masyarakat juga tidak memperoleh semua informasi yang merupakan gambaran realita yang seharusnya bisa didapatkannya. Mungkin bisa dikatakan, media yang dikendalikan oleh pemerintahan saat itu membodohi masyarakat dengan cara menyajikan realita palsu yang indah, sementara kenyataan lain yang kurang atau tidak bagus mampu ditutup rapat-rapat oleh media.


2. Sistem Pers Libertarian

  • Kelebihan
Sistem ini menjamin kebebasan berekspresi bagi tiap individu. Dan kebebasan ini sangat mutlak keberadaannya, dan negara di dalamnya hanya memberikan sarana bagi pengembangan kemampuan yang dimiliki oleh individu. Sehingga informasi yang ditampilkan lebih beragam, baik jenis maupun bentuknya.
Selain itu, masyarakat juga lebih “melek” dengan keadaan negaranya dan dengan perkembangan jaman yang ada. Karena semua informasi dapat diaksesnya melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik.

  • Kekurangan
Tidak selamanya yang namanya bebas itu menguntungkan. Ada pula dampak negatif yang ditimbulkan dari kebebasan media dalam membuat dan menyebarkan informasi. Karena kebebasan media yang berlebihan ada kalanya membatasi kebebasan individu lain. Ada kalanya justru dengan adanya kebebasan media ini menjadikan seorang individu (terutama public figure) kehilangan area pribadinya, karena semua yang dilakukannya akan diekspose media.
Di samping itu, bukan tidak mungkin pemberitaan mengenai sebuah kerusuhan atau pemberontakan sekelompok individu juga dapat “menular” kepada kelompok individu lain. Dengan dalih rasa nasionalisme atau kesetiakawanan, kerusuhan dapat menyebar luas.


(Wahyu Dwi Septiningrum / 153070206 / B)

Saturday, June 27, 2009

SISTEM MEDIA MASSA ( bagian 1 )


Menurut Siebert, Schramm, dan Peterson (1956) dalam bukunya yang berjudul The Four Theories of The Press, terdapat empat teori yang menjelaskan tentang perkembangan media massa di dunia. Keempat teori tersebut adalah Authoritarianisme, Libertarianisme, Social Responsibility dan Soviet Komunis.

Seperti yang telah diketahui bahwa teori/sistem tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Dan pada bagian ini, saya akan memaparkan sedikit tentang dua sistem yang ada yaitu sistem pers otoritarian dan sistem pers libertarian.


1. Sistem Pers Otoritarian


Karakteristik masyarakat otoritarian adalah kedudukan negara lebih tinggi dari individu. Hanya dengan menempatkan diri di bawah negara dan mengikuti semua aturan yang dibuat oleh negara, seorang individu dapat mencapai kebahagiaan dan kesuksesan yang menjadi tujuan hidupnya. Teori atau sistem ini lazim diterapkan dalam masyarakat prademokrasi dan dalam masyarakat yang masih didominasi oleh kekuasaan otoriter atau penekanan.

Secara umum beberapa prinsip atau ciri-ciri dari teori ini adalah:

  • Media tidak boleh melakukan hal-hal yang dapat merusak atau mengganggu wewenang yang berlaku.
  • Media harus tunduk pada pemegang otoritas kekuasaan.
  • Media harus menghindari perbuatan yang menentang nilai-nilai moral dan politik dari kalangan dominan atau mayoritas.
  • Sensorship (penyensoran) dapat dibenarkan untuk menegakkan prinsip-prinsip yang dianut.
  • Kalangan wartawan dan profesional media lainnya tidak memiliki independensi dalam organisasi medianya.

Implementasi sistem pers otoritarian dapat dilihat pada saat Indonesia memasuki era Orde Baru. Meskipun sistem politik yang dianut kala itu bukanlah sistem politik otoriter, namun dominasi negara atas warga masyarakatnya dirasa sangat menonjol. Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan telah diatur oleh negara yang pada saat itu dipimpin oleh Presiden Soeharto. Dan ketika terjadi penyimpangan terhadap kebijakan formal serta perbuatan menentang kode moral dapat dipandang sebagai tindak pidana. Sehingga pada saat itu tidak sedikit media massa yang mengalami pembredelan. Media dan para pelakunya tidak diberi kebebasan untuk berekspresi karena apa yang dimunculkan oleh media tidak boleh memperlihatkan keburukan atau kebobrokan yang ada pada pemerintahan. Semua yang tampak pada pemberitaan hanyalah hal-hal yang baik saja.


2. Sistem Pers Libertarian


Sistem pers libertarian muncul sebagai kritik atas sistem pers otoritarian. Dalam sistem ini manusia dipandang sebagai makhluk yang bebas dan berakal , karenanya mampu untuk memilih antara benar dan salah, baik dan buruk. Negara hanya untuk menyediakan lingkungan yang memungkinkan individu mengembangkan potensinya dan menikmatikebahagiaan sebesar-besarnya. Pola ini kini diterapkan secara meluas diberbagai negara di dunia khususnya yang menganut sistem demokrasi liberal.

Beberapa prinsip dari teori ini adalah:

  • Publikasi harus bebas dari setiap upaya penyensoran yang dilakukan pihak ketiga.
  • Kegiatan penerbitan dan pendistribusiannya harus terbuka bagi setiap orang atau kelompok tanpa memerlukan ijin atau lisensi.
  • Publikasi mengenai “kesalahan” dilindungi sama halnya dengan publikasi tentang “kebenaran” khususnya yang berkaitan dengan opini dan keyakinan.
  • Tidak diperlukan adanya pembatasan-pembatasan hukum terhadap upaya pengumpulan informasi untuk keperluan publikasi.
  • Wartawan harus memiliki otonomi profesional yang kuat dalam organisasi medianya.

Sistem pers libertarian ini tampak di Indonesia setelah tergulirnya rezim Orde Baru dan berganti menjadi era Reformasi. Era yang diawali dengan kepemimpinan B.J. Habibie ini memang memberikan kebebasan sepenuhnya kepada individu untuk berekspresi, kebebasan yang selama ini dikekang oleh pemerintahan Soeharto. Sistem komunikasi massa yang ditimbulkan oleh libertarian ini melahirkan badan milik swasta, media yang dimiliki oleh swasta ini bersaing dalam ajang yang terbuka. Siapa saja yang memiliki modal dapat mendirikan surat kabar atau penerbitan lainnya, seperti banyaknya media yang telah ada di Indonesia pada saat ini.



(Wahyu Dwi Septiningrum / 153070206 / B)

Friday, May 29, 2009

DAMPAK DAN KONSEKUENSI PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Satu bentuk produk Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah internet yang berkembang pesat di penghujung abad 20 dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi.

Internet merupakan kependekan dari 'interconnected-networking'. Internet merupakan salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang dan pada glirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai bidang kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, setiap orang atau bangsa yang ingin lestari dalam menghadapi tantangan global, perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang.

Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi dengan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan jaman.

Internet yang pada awalnya digunakan di lingkungan Pentagon dan perguruan tinggi serta lembaga-lembaga riset di AS kini merebak ke segala sektor. Mulai dari perusahaan menengah, perusahaan besar, surat kabar, dan bahkan seorang anak dapat menggunakannya. Namun perlu dipahami bahwa dalam era globalisasi ini dimana arus informasi dalam segala bentuknya akan dengan cepat dan mudah diperoleh, ditambah lagi dengan semakin murahnya harga sebuah komputer dan akses internet membuat pemakai internet dari tahun ke tahun makin meningkat.

Jumlah pengguna Internet yang besar dan semakin berkembang, telah mewujudkan budaya internet. Internet juga mempunyai pengaruh yang besar atas ilmu, dan pandangan dunia. Dengan hanya dipandu oleh mesin pencari seperti Google, pengguna di seluruh dunia mempunyai akses internet yang mudah atas bermacam-macam informasi. Dibanding dengan buku dan perpustakaan, Internet melambangkan penyebaran (decentralization) / pengetahuan (knowledge) informasi dan data secara ekstrim.

Dampak Penggunaan Teknologi Internet

Materi ini sesungguhnya telah disebutkan sebelumya ketika membahas tentang Internet beberapa waktu yang lalu. Namun, untuk sekedar mengingatkan kembali memori yang lama, disini disebutkan kembali dampak-dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan teknologi internet.

  • Dampak Positif

Peningkatan jumlah pengguna internet yang semakin pesat belakangan ini dikarenakan banyaknya manfaat dan kegunaan ataupun dampak positif yang ditimbulkan oleh teknologi ini. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Internet dapat berguna sebagai media komunikasi dan banyak digunakan untuk berkomunikasi dengan pengguna lainnya dari seluruh dunia.
  2. Teknologi internet dapat menciptakan suatu komunitas atau jaringan tertentu dengan adanya friendster, facebook, blog, dsb.
  3. Media untuk mencari informasi atau data, mencarai data dapat dilakukan dengan cepat, melalui yahoo, google, dll.
  4. Kemudahan memperoleh informasi yang ada di internet sehingga manusia tahu perkembangan dunia luar dan apa saja yang terjadi. Arus informasi tetap mengalir setiap waktu tanpa ada batasan waktu dan tempat.
  5. Media pertukaran data, dengan menggunakan email, newsgroup, ftp dan www (world wide web – jaringan situs-situs web) para pengguna internet di seluruh dunia dapat saling bertukar informasi dengan cepat dan murah.
  6. Internet sebagai lahan informasi untuk bidang politik, pendidikan, kebudayaan, dan lain-lain.
  7. Selain itu, internet juga dapat mencegah penurunan fungsi otak. Menjelajahi dunia internet ternyata dapat menstimulasi pusat otak. Sebab ternyata, dengan berinternet-ria, seseorang dapat melibatkan aktivitas otak yang rumit sehingga dapat melatih dan memperbaiki fungsi otak.

  • Dampak Negatif

Internet bukan saja dapat memberikan hal-hal yang positif bagi kita tapi juga hal-hal yang negatif. Di bawah ini merupakan beberapa dampak negatif yang dapat dihadirkan dari penggunaan teknologi internet, yakni:
  1. Internet dapat digunakan untuk mengakses gambar dan film porno. Walaupun gambar porno dan cerita porno dapat diperoleh dari berbagai sumber, kehadiran internet semakin menyemarakkan perolehan pronografi tersebut. Dengan kemampuan penyampaian informasi yang dimiliki internet, pornografi pun merajalela. Di internet terdapat gambar-gambar pornografi dan kekerasan yang bisa mengakibatkan dorongan kepada seseorang untuk bertindak kriminal.
  2. Internet pun tidak luput dari serangan penipu. Cara yang terbaik adalah tidak mengindahkan hal ini atau mengkonfirmasi informasi yang Anda dapatkan pada penyedia informasi tersebut. Jangan mudah percaya dengan tawaran-tawaran yang diberikan dan jangan sembarangan bila akan menggunakan credit card untuk belanja on-line.
  3. Pola hidup yang semakin individualistis. Kehadiran komputer telah merubah pola interaksi keluarga. Komputer yang disambungkan dengan telpon telah membuka peluang bagi siapa saja untuk berhubungan dengan dunia luar. Orang kini merasa gengsi jika tidak berinternet, padahal belum tentu dia membutuhkan informasi. Program internet relay chatting (IRC), internet, dan e-mail telah membuat orang asyik dengan kehidupannya sendiri.
  4. Konsumerisme yang makin tinggi. Banyak orang kini melakukan online shopping lewat internet. Semakin sering akses ke internet dan mengunjungi web-web komersial berarti makin banyak barang-barang yang dilihat yang pada akhirnya tergoda dan terpikat untuk membeli. Dengan adanya kartu kredit semuanya semakin mudah saja dan inilah kombinasi yang ampuh untuk menghamburkan uang.
  5. Kemudahan memperoleh informasi melalui media internet juga dapat menimbulkan budaya copy-paste. Pelajar/mahasiswa yang malas mengerjakan tugas dari pengajar biasanya memanfaatkan beragam informasi yang diperolehnya dari internet. Data yang diperolehnya kemudian dicopy dan disalin menjadi tugasnya. Metode inilah yang kini kian merebak dikalangan pelaku pendidikan, terutama pelajar dan mahasiswa.

Kemunculan teknologi internet mempunyai dua sisi yang berbeda. Disatu sisi membawa banyak manfaat bagi penggunanya. Namun, disisi lain teknologi internet juga tak dapat dilepaskan beragam dampak negatif yang akan muncul bila teknologi ini disalahgunakan. Dengan kemampuan kita untuk memilih diharapkan kita dapat mempergunakannya dengan bijaksana sesuai kebutuhan kita.

(WAHYU DWI SEPTININGRUM / 153070206 / E)

FENOMENA KOMUNITAS VIRTUAL DAN MANFAATNYA UNTUK KEHIDUPAN SOSIAL MANUSIA


Ada banyak definisi untuk dapat menjelaskan tentang arti komunitas dalam kontes sosiologis. Menurut Hillery (1955), ada empat pendekatan untuk menjawab definisi komunitas, yaitu (1) terbentuk dari sekelompok orang; (2) saling berinteraksi secara sosial di antara anggota kelompok itu; (3) berdasarkan adanya kesamaan kebutuhan atau tujuan dalam diri mereka atau di antara anggota kelompok yang lain; (4) adanya wilayah-wilayah individu yang terbuka untuk anggota kelompok yang lain, misalnya waktu. Jika melihat dari keempat pendekatan diatas pada dasarnya tidak ada perbedaan antara komunitas virtual dengan komunitas dalam konteks sosiologis. Karena dalam komunitas virtual itu sendiri keempat pendekatan itu sudah ada. Akan tetapi mungkin yang membedakan adalah cara mereka berinteraksi dalam komunitas serta gaya berkomunikasi mereka yang berbeda dengan komunitas lainnya dimana bahasa digantikan dengan simbol yang telah disepakati antar anggota komunitas.

Pengertian Komunitas Virtual

Pada prinsipnya komunitas virtual merupakan sebuah forum di mana para anggotanya saling bebas berhubungan dengan mengeluarkan pendapat, namun hal ini dalam konteks ruang maya (cyberspace). Komunitas virtual ini, meliputi sekelompok orang yang melakukan komunikasi atau berinteraksi melalui multimedia. Jadi kesimpulannya, Virtual Community adalah kelompok yang interaktif, dibangun atas dasar konsep “many-to-many communications” didesain untuk menarik anggota, membuat mereka terlibat lebih dalam di dalam komunitas, mempunyai satu focus yang dapat membuat anggota komunitas itu datang kembali.

Di dalam suatu komunitas tentunya kita dapat share apa saja baik itu pengalaman sebagai salah satu contoh nya yang tentunya masih banyak lagi yang dapat di bagi atau berdiskusi tentang suatu masalah yang nyata atau yang terjadi di dalam kehidupan dunia virtual itu sendiri.Banyaknya orang bergabung di dalam dunia virtual itu dapat dikarenakan mereka sudah bosan dengan dunia nyata yang lebih virtual daripada dunia virtual itu sendiri maka mereka menciptakan dunia sendiri agar merasa nyaman.Sangat terasa manfaat internet untuk dunia komunikasi melalui dunia virtual dengan berbagai fasilitas yang di tawarkan hanya tinggal bagaimana cara memanfaatkan nya saja ke arah positif dan negatif nya.

Penemuan teknologi internet ini bisa disejajarkan dengan penemuan listrik dan mesin cetak, bahkan pengaruhnya mungkin lebih besar lagi dalam kehidupan kita sehari-hari pada era kekinian. Teknologi internet mampu menciptakan wahana dunia alternatif, yaitu: dunia virtual. Sebuah dunia instan yang plug and play, hanya dengan modal koneksi internet kita bisa muncul menjadi karakter dan sosok baru, yang sangat lain dibandingkan dengan sosok nya di dunia riil.Model interaksi pada komunitas dunia virtual tentu sangat beda di bandingkan dengan di dunia nyata, dan dengan mantra saktinya dunia virtual ini akan terus mereproduksi berbagai fenomena sosial, ekonomi dan politik dengan label virtual.

Yang jelas seiring dengan makin banyak dan bervariasinya content di internet serta meningkatnya para netter (baca: pengguna internet), maka semakin lama internet menjadi sebuah kebutuhan pokok, terutama untuk mencari informasi dan perkembangan kekinian untuk networking. Kelebihan internet sebagai sumber segala sumber informasi, dengan “mbah google” nya sudah tidak perlu disangsikan lagi. Bahkan perkembangan terakhir sebagai sarana virtual networking, dengan Facebook sebagai leader nya, seakan kita terbius dengan dunia virtual ini.


Facebook Sebagai Salah Satu Sarana Komunikasi Komunitas Virtual

Situs Facebook merupakan web jaringan sosial ini pertama kali diluncurkan pada tahun 6 Februari 2004 dan bertujuan untuk memudahkan interaksi antar individu tanpa harus terikat oleh jarak dan sekat-sekat geografis.

Facebook adalah sebuah sarana sosial yang membantu masyarakat untuk berkomunikasi secara lebih effisien dengan teman-teman, keluarga dan teman sekerja. Perusahaan ini mengembangkan teknologi yang memudahkan dalam sharing informasi melewati social graph, digital mapping kehidupan real hubungan sosial manusia. Siapun boleh mendaftar di Facebook dan berinteraksi dengan orang-orang yang mereka kenal dalam lingkungan saling percaya.

Demam Facebook adalah kelanjutan dari keberhasilan situs komunitas Friendster yang berhasil menjaring 12 juta “registered users” atau sekitar 60% pengguna internet di Indonesia. Bahkan banyak pengguna Friendster yang melakukan migrasi ke Facebook karena layanan yang diberikan lebih lengkap dan mengikuti selera masyarakat. Facebook memiliki sederet fitur yang memungkinkan penggunanya berinteraksi langsung (real time), seperti chatting, tag foto, blog, game, dan update status ”what are you doing now” yang dinilai lebih keren dari Friendster.


Manfaat Dan Dampak Komunikasi Virtual


Manfaat Komunikasi Virtual

  1. Memecahkan persoalan materialisme dan konsumenisme. Lewat komunikasi virtual kita dapat mengetahui semua yang ada di dunia ini. Bila membutuhkan sebuah bacaan tidak perlu membeli surat kabar tapi cukup browsing internet.
  2. Mengurangi konflik sosial, ekonomi dan politik. Bila didunia nyata, interaksi individu sering memunculkan konflik sedangkan pada dunia maya munculnya konflik sangat sedikit sekali.
  3. Memecahkan persoalan kebebasan dan demokrasi. Cyberspace menjadi sebuah public sphere yang ideal dan tidak ditemukan dalam kehidupan nyata.
  4. Terbebas dari urban decay dan social disintegration. Persoalan kemacetan, kepadatan penduduk, sampah dapat dikurangi dengan kehidupan virtual.


Dampak Komunikasi Virtual

  1. Cyberspace menjadi penyalur hasrat seks, kejahatan, kedangkalan, sadisme
  2. Cyberspon, menjadi persoalan masa depa karena cyberspace tanpa identitas
  3. Cyberspace menjadi ajang kebrutalan semiotic
  4. Penggunaan internet yang berlebihan akan menjadikan seseorang menjadi over, dan jika berlanjut akan menjadi hyper.


(WAHYU DWI SEPTININGRUM / 153070206 / E)